Para peneliti menemukan perairan dalam
di bawah tanah yang telah terisolasi selama jutaan tahun di
Witwatersrand Basin, Afrika Selatan. Luasnya diperkirakan mencapai
seluas 400 kilometer.
Saat ditemukan, peneliti
mendapati adanya gas neon larut di air yang berasal dari celah-celah
berkedalaman hingga 3 kilometer dan tidak sesuai dengan profil gas neon biasa. Peneliti juga menemukan tingkat salinitas atau kadar garam yang tinggi dan beberapa tanda-tanda kimia unik.
Tanda-tanda tersebut sangat berbeda dengan zat cair ataupun gas yang muncul dari bawah kerak bumi lainnya.
“Tanda-tanda kimia tersebut
tidak sesuai dengan air samudera atau air yang berada di tempat yang
lebih tinggi di Witwatersrand Basin,” kata Barbara Sherwood Lollar,
peneliti dari University of Toronto, seperti dikutip dari Science20, 21 Februari 2011.
Lollar menyebutkan, perairan dalam ini merupakan produk dari isolasi dan interaksi kima yang ekstensif antara air dan batu dalam kurun waktu geologi yang sangat panjang.
“Tanda-tanda isotop neon jenis
ini diproduksi dan terperangkap di dalam batu setidaknya selama 2
miliar tahun lalu. Saat ini kita masih bisa menemukannya di sana,” kata
Lollar.
Studi
lebih lanjut menunjukkan bahwa sebagian dari neon tersebut menemukan
jalan ke luar dari bebatuan dan secara bertahap membaur, berakumulasi
dengan cairan lain di celah-celah. “Ini hanya bisa terjadi di perairan
yang terpisah dengan permukaan selama periode waktu yang sangat lama,” ucapnya.
Penemuan ini juga
mengungkapkan dimensi lain terhadap lingkungan hidup. Pada salah satu
celah, peneliti menemukan ekosistem mikrobial yang paling dalam di
Bumi. Di sana terdapat organisme yang berevolusi hingga bisa hidup
tanpa sinar matahari atau energi kimia yang berasal dari bebatuan.
“Komunitas mikrobial ini
memperluas konsep kami seputar bagian mana yang bisa ditinggali oleh
makhluk hidup di Bumi,” kata Lollar. “Mengingat mereka punya kesamaan
dengan organisme yang ditemukan di bagian lain di Bumi, kami berasumsi
bahwa mikroorganisme tersebut bukanlah berasal dari nenek moyang yang
berbeda, namun dulu mereka datang dari tempat lain untuk tinggal di
bebatuan tersebut,” ucapnya.
Yang pasti, kata Lollar,
lamanya periode isolasi telah mempengaruhi evolusi mereka. “Di sinilah
kami berusaha mengekspolrasi dengan penelitian lebih lanjut bersama rekan-rekan kami dari bidang mikrobiologi,” ucapnya.
http://situslakalaka.blogspot.com/2011/02/perairan-bawah-tanah-berumur-jutaan.html
0 komentar: